Fisika Greget
Senin, 02 Desember 2019
Rabu, 22 Mei 2019
TUJUAN & MANFAAT PTK
- TUJUAN PTK
Tujuan PTK antara lain:
- Untuk perbaikan dan peningkatan praktek pembelajaran
- Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas
- Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
- Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable)
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN PTK
Bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh bila guru yang berperan sebagai peneliti mau melaksanakan PTK? Apakah ada aturan-aturan yang harus ditaati atau dilaksanakan saat penelitian? Rumitkah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering kali muncul dalam pikiran guru, yang kadang-kadang membuat takut sebelum melangkah untuk merencanakan PTK.Untuk menghindari rasa takut tersebut di sini penulis akan mencoba menguraikan beberapa model PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya:
Rabu, 15 Mei 2019
KARAKTERISTIK, TUJUAN, DAN MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Karakteristik PTK
Menurut IGAK Wardanai dan Kuswaya Wihardit (2014) terdapat beberapa karakteristik Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:
PENGERTIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
a. Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research (CAR), yaitu satu action research yang dilakukan di kelas. Classroom action researchdiawali dari istilah action research.
Untuk mempermudah memahami pengertian PTK maka berikut akan diuraikan pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas yakni :
Jumat, 07 Desember 2018
Kajian Populasi, Kajian Sampel, Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel, Penyajian Datata, dan Jenis Data
Makalah
Metodologi Pendidikan Penelitian Fisika
“Kajian
Populasi, Kajian Sampel, Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel, Penyajian
Data(tabel distribusi frekuensi, pie chart, dan grafik), dan Jenis Data”

Nama Kelompok 4 :
1. Nadya
Putri (A1C316031)
2. Vivi
Charmeilia (A1C316033)
3. Nadia Dio
Alvionita (A1C316035)
4. Orin
Hidayusa Wiza (A1C316037)
5. Leo
Alexandro S (A1C316039)
Dosen Pengampu :
Dwi Agus
Kurniawan,S.pd,.M.Pd
Program
Studi Pendidikan Fisika
Jurusan
Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
2018
Kata Pengantar
Puji
syukur kita panjatkan atas berkat rahmat Allah AWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa pula kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, Nabi yang membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini ialah usaha dan kerja keras kami dalam menyelesaikan
makalah ini. Walaupun masih ada kekurangan dalam pengerjaan makalah ini.
Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atau
pengampuh mata kuliah yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami
sehingga kami termotivasi dan dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kami sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Dan
tak lupa pula kami meminta maaf jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu
kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
...........................................................................................
2
1.3 Tujuan
.............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian Populasi
..............................................................................................
3
2.1.1 Pengertian Populasi
...............................................................................
3
2.1.2 Karakteristik Populasi
........................................................................... 4
2.1.3 Jenis-Jenis Populasi
..............................................................................
5
2.2 Kajian Sampel
.................................................................................................
5
2.2.1 Pengertian Sampel
................................................................................
5
2.2.2 Cara Menentukan Jumlah Sampel
........................................................ 7
2.2.3 Jenis-Jenis Sampel
................................................................................
8
2.2.4 Keuntungan Penggunaan Sampel
......................................................... 8
2.3 Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran
Sampel .......................................... 9
2.3.1 Teknik Pengambilan Sampel
................................................................ 9
2.3.2 Ukuran
Sampel......................................................................................
15
2.4 Penyajian Data
................................................................................................
17
2.4.1 Tabel Distribusi Frekuensi
.................................................................... 18
2.4.1.1
Tabel Distribusi Frekuensi Relatif
.............................................. 23
2.4.1.2
Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif ........................................
24
2.4.1.3
Hal-hal Khusus pada Tabel Distrubusi Frekuensi ...................... 26
ii
2.4.2
Grafik ....................................................................................................
28
2.4.2.1
Grafik dan Diagram dalam Penyajian Data ................................ 28
2.4.2.2
Histogram dan Poligon Frekuensi ...............................................
28
2.4.2.3
Ogive
...........................................................................................
29
2.4.3
Pie
Chart................................................................................................
31
2.5 Jenis Data
........................................................................................................
33
2.6 Kajian Kritis
....................................................................................................
36
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.....................................................................................................
39
3.2
Saran................................................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................
42
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penelitian kuantitatif adalah suatu
proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang kita ketahui. Penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dalam penelitian, salah satu bagian
dalam langkah-langkah penelitian adalah menentukan populasi dan sampel
penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa data keseluruhan objek yang
diteliti sebagai kumpulan atau komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat
mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya
dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian,
peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh
keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek
Selain itu, membuat rancangan penelitian juga merupakan langkah
penting dalam melakukan penelitian. Rancangan atau desain penelitian bagaikan
sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah berlangsungnya
proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan
penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.
Dalam menyusun sebuah laporan
penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu yang digunakan sebagai alat
atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data yang valid guna
mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang
peneliti harus mengetahui dan memahami jenis-jenis data dan teknik-teknik
pengumpulan data.
Menyusun instrumen pengumpulan data dan
penelitian dilakukan setelah peneliti memahami apa yang menjadi variabel
penelitiannya. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai sampel, populasi,
teknik pengambilan sampel dan penyajian data (tabel distribusi frekuensi, pie
chart dan grafik) serta jenis-jenis data. Karena tujuan akhir dari suatu ilmu
atau pengetahuan adalah pengembangan dan pengujian teori. Sehingga apa yang
diteliti oleh peneliti akan bermanfaat dan mampu mengembangkan serta menguatkan
teori-teori yang telah ada sebelumnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Seperti
apakah kajian tentang populasi?
2. Seperti
apakah kajian tentang sampel?
3. Bagaimana
teknik pengambilan sampel dan ukuran sampel?
4. Bagaimana
cara penyajian data dengan munggunakan tabel distribusi frekuensi, pie chart
dan grafik?
5. Apa
sajakah jenis data?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui kajian tentang populasi
2. Untuk
mengetahui kajian tentang sampel
3. Untuk
mengetahui bagaimana teknik pengambilan sampel dan ukuran sampel
4. Untuk
mengetahui cara penyajian data dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi, pie chart dan grafik
5. Untuk
mengetahui apasaja jenis data
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kajian
Populasi
2.1.1 Pengertian Populasi
Penelitian pendidikan dan kurikulum
seperti halnya penelitian-penelitian bidang lainnya ditujukan untuk memperoleh
kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi
hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang lebih sempit. Kelompok
besar tersebut bisa terdiri atas orang seperti guru, siswa, kepala sekolah,
dsb, atau lembaga seperti sekolah, jurusan, fakultas, kantor, dinas,
direktorat, dsb., atau organisasi seperti komite sekolah, dewan sekolah,
organisasi guru, asosiasi profesi, dsb., atau bisa juga benda-benda seperti
bangunan sekolah, fasilitas belajar, media belajar, buku-buku, dll. Lingkup
wilayah bisa mencakup seluruh wilayah negara, satu propinsi ataupun satu kota
atau kabupaten. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita
disebut populasi (Sukmadinata, 2013: 250).
Orang-orang, lembaga, organisasi,
benda-benda yang menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota
populasi yang terdiri atas orangorang biasa disebut subjek penelitian, tetapi
kalau bukan orang disebut objek penelitian. Penelitian tentang suatu objek
mungkin diteliti langsung terhadap objeknya, tetapi mungkin juga hanya
ditanyakan kepada orang yang mengetahui atau bertanggung jawab terhadap objek
tersebut. Orang yang diminta menjelaskan objek yang diteliti disebut responden.
Tidak semua anggota dari populasi target diteliti. Penelitian hanya dilakukan
terhadap sekelompok anggota populasi yang mewakili populasi. Kelompok kecil
yang šecara nyata kita teliti dan tarik kesimpulan dari padanya disebut sampel
(Sukmadinata, 2013: 250).
Menurut Jalil (2014:185) Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari
unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 1999). Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).
Sampel yang diambil harus harus bisa
mewakili keseluruhan populasi yang diteliti, oleh karena itu pemilihan sampel
harus diusahakan sedemikian rupa sehingga sampel itu bisa menunjukkan gambaran
keadaan keseluruhan populasi, jumlah sampel jangan terlalu sedikit dan
menentukannya secara random atau sembarang (Nasution, 2017: 50).
A population is a group of individuals who have the same
characteristic. For example, all teachers would make up the population of
teachers, and all high school administrators in a school district would
comprise the population of administrators. As these examples illustrate,
populations can be small or large ( Creswell, 2012 : 142).
Populasi adalah sekelompok individu yang
memiliki karakteristik yang sama. Sebagai contoh, semua guru akan membentuk
populasi guru, dan semua administrator sekolah menengah disekolah terdiri dari
populasi administrator. Seperti ini contoh mengilustrasikan, populasi bisa
kecil atau besar (Creswell, 2012: 142).
2.1.2 Karakteristik Populasi
Menurut Yusuf (2014: 146) secara umum
dapat dikatakan beberapa karakteristik populasi, yaitu:
a. Merupakan
keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang akan
diinginkan.
b. Dapat
berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda atau objek maupun kejadian yang
terdapat dalam suatu area/daerah tertentu yang telah ditetapkan.
c. Merupakan
batas (boundary) yang mempunyai sifat tertentu yang memungkinkan peneliti
menarik kesimpulan dari keadaan itu.
d. Memberikan
pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
2.1.3 Jenis-jenis Populasi
Menurut Yusuf (2014: 148) populasi dapat
digolongkan dalam dua jenis, yaitu:
a. Populasi
terbatas (definite), yaitu objek
penelitian yang dapat dihitung, seperti luas area sawah, jumlah ternak, jumlah
murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi
tak terbatas (indefinite), yaitu objek
penelitian yang mempunyai jumlah tak terbatas, atau sulit dihitung jumlahnya;
seperti tinta, air, pasir di pantai, padi di sawah, atau beras di gudang.
2.2 Kajian Sampel
2.2.1 Pengertian Sampel
Dalam penelitian, sering digunakan
populasi dan sampel. Populasi atau universe
adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian,
nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi
dalam bentuk mini (miniatur population).
Dengan kata lain, jika seluruh anggota populasi diambil semua untuk dijadikan
sumber data, maka cara ini disebut sensus, tetapi jika hanya sebagian dari
populasi yang dijadikan sumber data, maka cara itu disebut sampel. Persoalannya
sekarang adalah bagaimana caranya mengambil sampel yang baik dan benar serta
representatif atau dapat mewakili populasi. Istilah "baik" di sini
termasuk dapat memberikan batas-batas tentang karakteristik populasi. Memang,
sebelum menetapkan sampel, terlebih dahulu menentukan karakteristik populsinya
(Arifin, 2011: 215-216).
Istilah sampel berbeda dengan sampling. Sampling adalah cara yang
digunakan untuk mengambil sampel dan biasanya mengikuti teknik atau jenis
sampling yang digunakan. Misalnya, dari teknik random sampling akan dihasilkan random
sample. Manfaat sampling sangat besar, di antaranya dapat menghemat biaya,
waktu dan tenaga, dapat memperluas ruang lingkup penelitian, dan dapat
meningkatkan ketelitian. Penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi
yang tak terhingga (besar) dapat berakibat ketidaktelitian dari pihak peneliti.
Peneliti mungkin sudah mempunyai kerangka jawaban yang
diperoleh dari jawaban atau pengamatan terhadap sampel yang lalu, sehingga ada
kecenderungan, sengaja atau tidak sengaja untuk menyamaratakan jawaban atau
pengamatannya. Dengan demikian, pengumpulan data semacam itu akan
menyebabkan terjadinya bias (Arifin, 2011: 216).
Hal yang sangat mengganggu dalam
pelaksanaan penelitian berkenaan dengan masalah populasi dan sampel, adalah
karena adanya kesalahan dalam pemilihan dan penarikan sampel. Kesalahan ini seringkali
menimbulkan bias atau penyimpangan. Penelitian yang banyak biasnya atau
penyimpangannya bukan saja hasilnya tidak punya arti tetapi juga membahayakan.
Kesimpulan yang ditarik dari hasil analisis data yang datanya diperoleh dari
sampel yang bias tidak akan menggambarkan keadaan sesungguhnya, kesimpulannya
bisa keliru dan menyesatkan (Sukmadinata, 2013: 251-252).
The sample distribution is the link between the measured random samples
and the hidden probability that governs the process. For any given homogeneous
sample, the true
value of the
target parameter is measurable,
but what the
analytical chemist must do is to
accurately determine this
in the most costeffective way,
i.e. the least number of samples (William, 2008: 749).
Distribusi sampel adalah hubungan antara
sampel acak dan probabilitas tersembunyi untuk mengatur proses. Untuk sampel
yang homogen, nilai sebenarnya dari parameter target terukur, tapi analitik
yang harus dilakukan adalah secara akurat menentukan cara paling hemat biaya,
yaitu sampel jumlah terkecil (William, 2008: 749).
Dalam pengambilan sampel ada
kecenderungan para peneliti memilih sampel yang bersedia diteliti dan mudah
dikumpulkan datanya. Kecenderungan ini dapat mengakibatkan bias dalam
penelitian karena sampel belum tentu mewakili populasi. Kecenderungan lain
adalah kekurang hati-hatian dalam mengambil sampel, asal sudah termasuk ke
dalam populasi target, maka langsung diambil sebagai sampel, padahal tidak
memiliki karakteristik yang dimaksudkan. Secara lebih lengkap ada beberapa
kekeliruan yang mengakibatkan bias dalam penarikan sampel (Sukmadinata, 2013:
252).
In a research study, a sample is a group of individuals, items, or
events that represents the characteristics of the larger group from which the
sample is drawn. Testing a sample, especially in a quantitative study, can
allow the researcher to make inferences about the performance of the larger
group, which is known as the population . The process of selecting a sample is
known as sampling (Gay, 2012: 129).
Dalam sebuah studi penelitian, sampel
adalah sekelompok individu, barang, atau kejadian untuk mewakili karakteristik
kelompok yang lebih besar dari sampel yang diambil. Menguji sampel, terutama
dalam studi kuantitatif, dapat memungkinkan peneliti untuk membuat kesimpulan
tentang kinerja kelompok yang lebih besar, yang dikenal sebagai populasi.
Proses pemilihan sampel dikenal sebagai sampling (Gay, 2012: 129).
2.2.2 Cara Penentuan Jumlah Sampel
Penyelidikan melalui sampel dilakukan
dengan beberapa pertimbangan, antara lain karena populasinya tak terhingga (infinite population), artinya
keseluruhan objek penelitian itu jumlahnya tak terhingga. Alasan lain adalah
walaupun populasinya terhingga (finite
population), sensus belum tentu dapat dilakukan, mengingat sempitnya waktu,
terbatasnya biaya dan tenaga, serta faktor ekonomis lainnya, sehingga
penyelidikan sampel harus dilakukan. Mengenai besar-kecilnya sampel yang harus
diambil, sebenarnya tidak ada suatu aturan mutlak berapa persen suatu sampel
harus diambil dari populasi. Namun demikian, ada juga para ahli yang memberikan
pedoman (Arifin, 2011: 217).
Menurut Silaen dan widiyono (dalam
Arikunto (1993:107) bahwa untuk sekadar ancer-ancer jika jumlah populasinya
kurang dari 100, lebih baik semua elemen diambil sebagai sampel sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau sensus. Selanjutnya, jika
jumlah populasinya besar maka jumlah sampel dapat diambil antara 10 s.d. 15 %
atau 20 s.d. 25 % atau lebih , tergantung setidak-tidaknya dari:
a. kemampuan
peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana;
b. sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subpopulasi, karena hal ini menyangkut
banyak sedikitnya data; dan
c. besar
kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya
besar, tentu saja jika jumlah sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik
2.2.3 Jenis-Jenis Sampel
Menurut Yusuf (2014:153) secara
sedarhana sampel dapat diklasilikasikan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Sampel
random atau probability
b. Sampel
non random atau non probability
Pada sampel random setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih, dan diambil secara random;
diambil sccara random; sedangkan pada sampel non random ada
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang digariskan terlebih dahulu sebelum
diambil sampelnya atau subjek kebetulan atau terdapat di daerah penelitian.
Sampel non random biasanya digunakan dalam penelitian kualitatif. Menggunakan
sampel random dalam penelitian kuantitatif berarti peneliti berupaya untuk
meminimalkan kesalahan karena faktor keletihan darn kebosanan, mengurangi bias
dari manusia dengan mengunakan prosedur yang benar dan teknik yang tepat serta
memberikan peluang kepada semua anggota populasi untuk diplih menjadi sampel
sedangkan dalam sampel non random ada pertimbangan khusus. ada tujuan tertentu
dalam sampel penelitannya, baik dilihat dari segi besarrya ukuran sampel,
prosedur penetuan dan kualitas respondennya.
2.2.4 Keuntungan Penggunaan Sampel
Menurut Yusuf (2014: 150-151) beberapa
keuntungan penggunaan sampel:
a.
Biaya menjadi berkurang
Dengan mengambil data dari sebagian
populasi, berarti jumlah sumber data yang akan dikumpulkan lebih sedikit dari
jumlah populasi. Dengan jumlah yang terbatas berarti pula biaya yang digunakan
untuk penyelidikan menjadi berkurang dibandingkan apabila data harus
dikumpulkan dari populasi.
b.
Lebih cepat dalam pengumpulan dan pengolahan
data.
Dengan responden yang lebih sedikit
berarti waktu yang digunakan untuk mengumpul data lebih cepat. Selanjutnya
jumlah data yang terbatas akan mempercepat pula dalam pengolahan data
penelitian. Dengan demikian, secara keseluruhan penggunaan sampel akan memperpendek
waktu penelitian dan mempercepat dalam pengolahan data.
c.
Lebih akurat.
Makin lama dan makin banyak seseorang
mengumpulkan informasi, makin lelah ang bersangkutan. Keadaan itu akan
menyebabkan berbagai kesalahan dan mengurangi ketelitian peneliti. Di samping
itu, subjektivitas peneliti makin menonjol. Dengan menggunakan sampel, jumlah
personal lebih sedikit yang dibutuhkan; peneliti dapat menggunakan tenaga yang
lebih tinggi kualitasnya, dan latihan para petugas dapat diberikan lebih
intensif sebelum kegiatan pengumpulan data dimulai. Keadaan yang demikian akan
memberikan hasil yang lebih baik dan akurat, baik pada waktu pengumpulan data
maupun dalam pengolahan data.
d.
Lebih luas ruang cakupan penelitian.
Penelitian yang menggunakan sensus (populasi)
akan menyebabkan ruang cakupannya (scope) lebih terbatas karena jumlah
respondennya lebih banyak, sebaliknya apabila peneliti menggunakan sampel,
jumlah responden lebih sedikit dan ruang cakupan dapat bertambah luas
.
2.3 Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran
Sampel
2.3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, ada dua
jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom sampling/nonprobability sampling.
Random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk di ambil pad
setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya setiap 100 dana yang
akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elelmen tersebut mempunyai
perbandingan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Nonrandom sampling dan nonprobability
sampling adalah setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena
letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh,
tidak dipilih; artinya kemungkinannyaadalah 0 (nol).
Dua jenis teknik
pengambilan sampel diatas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin
hasil penelitiannya bias dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi ,atau
istilahnya adalah melakukan generalisasi, maka seharusnya sampel representative
dan diambil secara acak. Namun, jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan
generalisasi hasil penelitian, maka sampel bisa diambil secara acak. Sampel tidak
acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang
ukuran populasi dan informasi lengkap setiap elemen populasi (Deni, 2013 :144).
In probability sampling, the researcher selects individuals from the
population who are representative of that population. This is the most rigorous
form of sampling quantitative research because the investigator can claim that
the sample is representativeof the population and, as such, can make
generalizations to the population.Simple Random Sampling The most popular and
rigorous form of probability samplingfrom a population is simple random
sampling. In simple random sampling, theresearcher selects participants (or
units, such as schools) for the sample so that anyindividual has an equal
probability of being selected from the population (Creswell,2012: 142-143).
Dalam sampling probabilitas, peneliti
memilih individu dari populasi yang mewakili populasi itu. Ini adalah bentuk
penelitian kuantitatif kuantitatif yang paling ketat karena peneliti dapat
mengklaim bahwa sampel mewakili populasi dan, dengan demikian, dapat membuat
generalisasi terhadap populasi. Pengambilan Sampel Acak Sederhana Bentuk yang
paling populer dan teliti dari sampling probabilitas dari suatu populasi adalah
sederhana sampling acak. Dalam sampling acak sederhana, peneliti memilih
peserta (atau unit, seperti sekolah) untuk sampel sehingga setiap individu
memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih dari populasi (Creswell, 2012:
142-143).
1. Probability/Random
Sampling
Menurut Maslihah
(2011:109), Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling, yaitu metode pemilihan sampel dari suatu
populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama sebagai
sampel.
Menurut Deni (2013 :145-147), Syarat pertama
yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau
membuat kerangka sampel atau di kenal dengan nama “sampling frame”. Kerangka sampling adalah daftar yang berikan
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa
data tentang orang/binatang, tentang kejadian,tentang tempat, atau juga tentang
benda.
• Sampel
Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Dalam Sampel Random
Sampling, anggota sampel memiliki karakteristik yang sama (homogen) yang
diambil dengan cara acak atau menggunakan table bilangan random. Dengan
demikian setiapun surpopulasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa
dipilih menjadi sampel.
• Stratified
Random Sampling atau Sampel Acak Distraktifkasikan
Stratified Random Sampling, yaitu
pengambilan secara acak dan berlapis. Hal ini dilakukan jika populasi terdiri
atas beberapa strata dan agar sampelnya juga mencerminkan strata-strata, maka
respon dan akan diambil secara acak dari setiap strata tersebut. Misalnya
seorang peneliti ingin mengetahui sikap menejernya terhadap satu kebijakan
perusahaan. Diamen duga bahwa menejer tinggkat atas cenderung positif sikapnya
atas kebijakan perusahaan tadi.
Stratified sampling is a way to guarantee desired representation of
relevant subgroups within the sample. In other words, some populations can be
subdivided into subgroups, known as strata(one is called a stratum ).
Stratified sampling involves strategically selecting participants from each
subgroup. When a research goal is to compare the behavior of participants from
different subgroups of the population, stratified sampling is the best
approach. Proportional stratified sampling is the process of selecting a sample
in such a way that identified subgroups in the population are represented in
the sample in the same proportion in which they exist in the population. For
example, a population of teachers in a district can be divided by class level.
If 22% of the teachers in a district are elementary teachers, 33% are
middle-school teachers, and 45% are high school teachers, a researcher may want
to have a sample with the same proportion in each subgroup and would thus need
to select a proportionally stratified sample. Typical variables for
proportional stratification include demographic variables such as race, gender,
socioeconomic status,and level of education (Gay, 2012 : 133).
Pengambilan sampel terstratifikasi
adalah cara untuk menjamin representasi yang diinginkan dari subkelompok yang
relevan dalam sampel. Dengan kata lain, beberapa populasi dapat dibagi menjadi
subkelompok, yang dikenal sebagai strata (satu disebut strata). Pengambilan
sampel terstratifikasi melibatkan pemilihan secara strategis peserta dari
masing-masing subkelompok. Ketika tujuan penelitian adalah untuk membandingkan
perilaku peserta dari berbagai subkelompok populasi, stratified sampling adalah
pendekatan terbaik. Pengambilan sampel stratified proporsional adalah proses
pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga mengidentifikasi subkelompok dalam
populasi diwakili dalam sampel dalam proporsi yang sama di mana mereka ada
dalam populasi. Sebagai contoh, populasi guru di suatu kabupaten dapat dibagi
berdasarkan tingkat kelas. Jika 22% guru di suatu kabupaten adalah guru sekolah
dasar, 33% adalah guru sekolah menengah, dan 45% adalah guru sekolah menengah,
peneliti mungkin ingin memiliki sampel dengan proporsi yang sama di setiap
subkelompok dan karenanya perlu memilih sampel proporsional bertingkat.
Variabel khas untuk stratifikasi proporsional termasuk variabel demografi
seperti ras, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan (Gay,
2012: 133).
• Cluster
Sampling atau Sampling Gugus
Cluster
Sampling atau Sampling Gugus, yaitu pengambilan sampel secara acak dan
berumpun. Anggota sampel dalam teknik ini adalah rumpunan-rumpunan, kemudian
dari setiap rumpunan diambil rumpunan kecil yang sama. Misalnya, rumpun pertama
adalah daerah geografis, maka dari geografis ini diambil rumpun kabupaten
kemudian dari rumpun kabupaten diambil rumpun kecamatan dan seterusnya
• Systematic
Sampling atau Sampel Sistematis
Systematic
Sampling atau Sampel Sistematis merupakan cara pengambilan sampel yang
sampel pertamanya ditentukan secara acak, sedangkan sampel berikutnya diambil
bedasarkan satu interval tertentu. Dalam Systematic Sampling, responden yang
terpilih menjadi sampel merupakan hasil pengambilan secara acak sistematis.
• Area
Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika penilitian
dihadapkan pada situasi bahwa populasi penilitina tersebar di berbagai wilayah.
Misalnya, seorang marketing menejer sebuah stasiun televise ingin mengetahui
tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayang, teknik
pengambilan sampel dengan area sampling sangat rapat.
2. Nonprobability/Nonrandom
Sampling atau Sampel Tidak Acak
In nonprobability sampling,
the researcher selects individuals because they are available, convenient, and
represent some characteristic the investigator seeks to study. In some
situations, you may need to involve participants who volunteer and who agree to
be studied. Further, you may not be interested in generalizing fi ndings to a
population, but only in describing a small group of participants in a study. It
may be appropriate to calculate descriptive statistics on these samples and to
compare them with the larger population to make inferences from the sample to
the population. Researchers use two popular approaches in
nonprobabilitysampling:
convenience and snowball
sampling approaches(Creswell,2012:145).
Dalam nonprobability sampling, peneliti
memilih individu karena mereka tersedia, nyaman, dan mewakili beberapa
karakteristik yang ingin dipelajari oleh peneliti. Dalam beberapa situasi, Anda
mungkin perlu melibatkan peserta yang menjadi sukarelawan dan yang setuju untuk
dipelajari. Lebih lanjut, Anda mungkin tidak tertarik untuk menggeneralisasi
temuan untuk suatu populasi, tetapi hanya dalam menggambarkan sekelompok kecil
peserta dalam sebuah penelitian. Mungkin tepat untuk menghitung statistik
deskriptif pada sampel ini dan membandingkannya dengan populasi yang lebih
besar untuk membuat kesimpulan dari sampel ke populasi. Peneliti menggunakan
dua pendekatan populer dalam nonprobability sampling: pendekatan kenyamanan dan
snowball sampling (Creswell, 2012: 145).
Menurut Deni (2013:151-153), Jenis
sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi
mempunyai kesempatan sama untuk bila dipilih menjadi sampel.
• Convenience
Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan, adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui
peneliti dan bersedia menjadi responden dijadikan sampel . Dalam memilih sampel
penelititi tidak mempunyai pertimbangarn lain kecuali berdasarkan kemudahan
saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ
atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa
penulis menggunakan istilah accidental sampling-tidak disengaja-atau juga
captive sample (man-on-the-street). Jenis sampel ini sangat baik jika
dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian
lanjutan.
• Purposive
sampling yaitu responden yang terpilih menjadi anggota sampel atas dasar
pertimbangan peneliti sendu Misalnya, atas pertimbangan status sosial ekonomi
rangka meneliti tingkat kemiskinan, maka sejumlah anggota sampel yang
ditetapkan adalah mereka yang taraf ekonomi menengah kebawah. Sesuai dengan
namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sarmpel ini dikenal dengan
nama judgment dan quota sampling
• Judgment
Sampling Pada jenis ini sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia
adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya,
untuk memperoleh data tentang bagaimana direncanakan oleh suatu perusahaan,
maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan
informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang
menjadi sampel karena mereka mempunya information rich Quota
Sampling merupakan metode penetapan sampel dengan menentukan quota terlebih
dahulu pada masing-masing kelompok, sebelum quota masing-masing kelompok
terpenuhi penelitian belum dianggap selesai. Teknik sampel ini adalah bentuk
dari sampel distratifikasikan secara proposional, tetapi tidak dipilih secara
acak melainkan secara kebetulan saja
• Showball
Sampling Sampel Bola Salju. Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak
banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang
yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, lalu diaminta kepada sampel pertama untuk
menunjukkan orang lain yang kira-kira bisadijadikan sampel
2.3.2 Ukuran Sampel
When selecting participants for a study, it is important to determine
the size of the samplebyou will need. A general rule of thumb is to select as
large a sample as possible from the population. The larger the sample, the less
the potential error is that the sample will be different from the population.
This difference between the sample estimate and the true population score is
called sampling error. If you were
to select one sample after another, the average score of each sample would
likely differ from the true average score for the entire population. For
example, if we could obtain scores from sixth graders across the country about
the importance of student–parent relationships, the average score might be a 30
on a 50-point scale. Of course, we cannot study every sixth grader, so instead
we obtain a sample from one school district and get an average score of 35 on
the scale. The next time we might obtain a score of 33, and the next time a 36,
because our sample will change from one school district to another. This means
that our average score is fi vepoints, three points, and one point,
respectively, away from the “true” population average. This difference between
the sample estimate and the true population score is sampling error. Therefore,
since you usually cannot know the true population score, it is importantto
select as large a sample as possible from the population to minimize sampling error(Creswell,2012:145).
Ketika memilih peserta untuk studi,
penting untuk menentukan ukuran samplebyou akan butuhkan. Aturan umum adalah
untuk memilih sampel sebanyak mungkin dari populasi. Semakin besar sampel,
semakin sedikit potensi kesalahan adalah bahwa sampel akan berbeda dari
populasi. Perbedaan antara perkiraan sampel dan skor populasi sebenarnya
disebut kesalahan sampling. Jika Anda memilih satu sampel demi satu, skor
rata-rata masing-masing sampel kemungkinan akan berbeda dari skor rata-rata yang
sebenarnya untuk seluruh populasi. Sebagai contoh, jika kita dapat memperoleh
skor dari siswa kelas enam di seluruh negeri tentang pentingnya hubungan
siswa-orang tua, skor rata-rata adalah 30 pada skala 50 poin. Tentu saja, kita
tidak bisa belajar setiap siswa kelas enam, jadi kita mendapatkan sampel dari
satu distrik sekolah dan mendapatkan skor rata-rata 35 pada skala. Lain kali
kita dapat memperoleh skor 33, dan waktu berikutnya 36, karena sampel kami akan
berubah dari satu distrik sekolah ke distrik lain. Ini berarti bahwa skor
rata-rata kami adalah lima poin, tiga poin, dan satu poin, masing-masing, jauh
dari rata-rata populasi "benar". Perbedaan antara perkiraan sampel
dan skor populasi sebenarnya adalah kesalahan sampling. Oleh karena itu, karena
Anda biasanya tidak dapat mengetahui skor populasi sebenarnya, penting untuk
memilih sampel sebanyak mungkin dari populasi untuk meminimalkan kesalahan
sampling (Creswell, 2012: 145).
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang
diambil menjadi persoalan yang penting mana kala jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada
penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran 1 sampel bukan menjadi
nomor satu karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walaupun
jumlahnya sedikit, jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa
faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan, yaitu (1) derajat keseragaman,
(2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak
seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang
harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau terperinci, maka jumlah
sampelnya pun harus banyak (Deni, 2013 :142).
2.4 Penyajian
Data
Kegiatan pengumpulan
data di lapangan akan menghasilkan data angkaangka yang disebut 'data kasar'
(raw data). Penyebutan dengan istilah 'data kasar'menunjukkan bahwa data itu
belum diolah dengan teknik statistik tertentu. Jadi, data-data itu masih
berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang biasanya berupa skor. Skor-skor
tersebut dapat pula disebut dengan istilah 'skor kasar' (raw score) yang
artinya sama dengan 'data kasar' biasanya relatif banyak dan tidak beraturan.
Dalam pembuatan laporan penelitian, data termasuk yang harus dilaporkan. Agar
dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-data itu haruslah disajikan ke
dalam tampilan yang sistematis. Ada sejumlah cara yang dapat dipilih untuk
menampilkan data hasil pengukuran dalam kerja penelitian. Penyajian data yang
mana yang sebaiknya dipilih tergantung jenis data, selera peneliti, dan tujuan
penampilan data itu sendiri. Penampilan data yang sistematis merupakan langkah
pertama dalam kerja analisis statistik. (Nurgiyantoro,
2015:28)
Menurut Nasution (2017:51) Penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk :
1. Tabel
data, yaitu penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun menurut
kategori tertentu dalam suatu daftar. Dalam tabel, data disusun secara
alfabetis, geografis, menurut besarnya angka, historis atau menurut kelas-kelas
yang lazim.
2. Grafik
data atau diagram data, yaitu penyajian data dalam bentuk gambargambar. Grafik
data sebenarnya merupakan penyajian data secara visual dari tabel.
2.4.1 Tabel Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi merupakan suatu
cara penyajian data skor ke dalam bentuk tabel. Skor-skor tersebut diurutkan
dari yang tertinggi yang lebih rendah, atau sebaliknya, dan kemudian dihitung
frekuensi masing-masing skor atau kelas interval skor-skor. Penyajian data skor
ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tersebut akan memudahkan kita untuk
membacanya. Misalnya, dengan mudah mengetahui berapa skor tertinggi, skor
terendah, dan skor atau kelas interval skor mana yang paling tinggi
frekuensinya, dan sebagainya. Dari tabel itu dapat pula dengan mudah
dilanjutkan ke penghitungan-penghitungan yang lain, misalnya penghitunga
persentase, tingkat persentil, jumlah skor, kuadrat dan jumlah kuadrat tiap
skor, nilai rata-rata, simpangan baku, dan lain-lain yang merupakan informasi
dasar tentang hasil pengukuran terhadap subjek penelitian yang bersangkutan.
(Nurgiyantoro, 2015:28-29)
Menurut Kadir (2016:29) Tabel distribusi
frekuensi merupakan cara penyajian data berdasarkan dalam kelas-kelas interval
tertentu. Fungsi penyajian data dengan tabel distribusi frekuensi adalah untuk
memudahkan membaca atau mengkomunikasikan sekumpulan data lebih besar.
Pengelompokan data berfrekuensi ke dalam kelas kelas interval dapat diurutkan
darn data terkecil ke terbesar atau sebaliknya Tabel distribusi frekuensi dapat
disusun dalam bentuk distribusi frekuensi relatif. kumulatif,
kumulatif-relatif.
A frequency (distribution) table shows the
different measurement
categories
and the number of observations in each category. Before constructing a
frequency table, one should have an idea about the range (minimum and maximum
values). The range is divided into arbitrary intervals called “class
interval.”
If the class intervals are too many, then there will be no reduction in the
bulkiness
of data and minor deviations also become noticeable. On the other hand, if they
are very few, then the shape of the distribution itself cannot be determined.
Generally, 6–14 intervals are adequate.
The width of the class can be determined by
dividing the range of observations by the number of classes. The following are
some guidelines
regarding
class widths:




individuals
is given in Table 1.

It also gives the cumulative and relative
frequency that helps to interpret the data more easily.(Manikandan,2011: 54-56)
Tabel frekuensi (distribusi) menunjukkan
kategori pengukuran yang berbeda dan jumlah pengamatan dalam setiap kategori.
Sebelum membangun tabel frekuensi, seseorang harus memiliki gagasan tentang
kisaran (nilai minimum dan maksimum). Rentang ini dibagi menjadi interval
arbitrer yang disebut "interval kelas." Jika interval kelas terlalu
banyak, maka tidak akan ada pengurangan dalam jumlah besar data dan
penyimpangan kecil juga menjadi nyata. Di sisi lain, jika mereka sangat
sedikit, maka bentuk distribusi itu sendiri tidak dapat ditentukan. Umumnya,
interval 6–14 sudah memadai.
Lebar kelas dapat ditentukan dengan
membagi rentang pengamatan dengan jumlah kelas. Berikut ini adalah beberapa
panduan mengenai lebar kelas:



dihindari.


Ini juga memberikan frekuensi kumulatif dan relatif yang
membantu untuk menginterpretasikan data lebih mudah. (Manikandan,2011: 54-56)
According to Shayib
(2013:14) The construction of frequency
distributions consists of three steps, particularly for quantitative data:



The first step is the most important step,
while the others are purely mechanical and depend on step 1.Designing too few
classes would obscure the information in the distribution while, on the other
hand,designating too many classes would confuse the reader. Generally speaking,
the common sense is the bestguide here. Generally there are some formulas for
determining the optimal number of classes, especially for quantitative data,
like the following: If the number of classes is to be k, then:

k=√𝑛 or k=1+3,3logn
where
n is the sample size, and without any doubt, k will be rounded, down or up, to
a whole number.
Certain
precautions need to be in place




Menurut Shayib
(2013:14) Pembangunan distribusi frekuensi terdiri dari tiga langkah, terutama
untuk data kuantitatif:



Langkah pertama
adalah langkah yang paling penting, sementara yang lain murni mekanis dan
bergantung pada langkah 1. Merancang terlalu sedikit kelas akan mengaburkan
informasi dalam distribusi sementara, di sisi lain, menugaskan terlalu banyak
kelas akan membingungkan pembaca. Secara umum, akal sehat adalah panduan
terbaik di sini. Umumnya ada beberapa rumus untuk menentukan jumlah kelas
optimal, terutama untuk data kuantitatif,
Jika jumlah kelas menjadi k, maka:

k=√n
atau k=1+3,3logn
di mana n adalah ukuran sampel, dan tanpa keraguan, k akan
dibulatkan, ke bawah atau ke atas, ke bilangan bulat.
Tindakan pencegahan tertentu harus
dilakukan




Menurut Kadir
(2016:26-27) Contoh 2.1. Misalkan diberikan data hasil tes kemampuan berpikir
kritis 75 mahasiswa sebagai berikut.
85 52
55 56
58 60
87 61
88 62
64
65
66 94
67 74
68 68
80 69
70 70
82
71 83
72 72
73 80
85 74
86 75
81
76 82
77 78
78 78
79 75
79 74
80 67
81 81
76 82
76 82
71 84
84 84 69 95 86 75
86 86 86 61 88
62
89
90 91
93 66
48
Untuk mendapatkan
deskripsi dari sebaran data pada contoh 2 1, maka skor-skor tersebut dapat
disajikan menjadi lebih sederhana dengan distribusi frekuensi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengurutkan
data dari skor terendah hingga skor tertinggi
b) Menentukan
rentang atau range (R) yaitu selisith skor tertinggi dan skor terendah atau
R=95-48=47
c) Menentukan
banyaknya kelas interval, yaitu paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15
kelas atau dapat juga menggunakan aturan Sturgess dengan rumus: Banyaknya Kelas
(BK)=1 +3,3 log n, di mana n menyatakan banyaknya data. Untuk contoh 2.1 di
atas, banyaknya data adalalh 75 atau n= 75. Dengan demikian BK=1+3,3 log
(75)=1+3,3x1,8751=7,188. Banyaknya data yang diperoleh
melalui proses membilang makin ada dua kemungkinan yaitu (BK)=7 atau (BK)=8
d) Panjang
kelas (p)=
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔(𝑅) , misalkan
dipilih (BK)=7 maka panjang

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠(𝐵𝐾)
kelas kali banyknya kelas dan panjang
kelas (p)=
=6,714=7

e) Menetapkan
data pertama dengan cara menggunakan data terkecil sebagai batas bawah kelas
interval pertama atau data yang lebih
kecil dari data terkecil tetapi selisihnya tidak melebihi dari setengah dari
panjang kelas.
f) Menyusun
kelas interval dalam tabel 2.1 distribusi frekuensi, sebagai berikut:
No
|
Skor
|
Turus
|
Frekuensi Absolut (f)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
48-54
55-61
62-68
69-75
76-82
83-89
90-96
|
II
IIII I
IIII IIII
IIII IIII IIII I
![]()
IIII IIII IIII
IIII
|
2
6
10
16
21
15
5
|
|
Jumlah
|
|
75
|
2.4.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi Relatif
Menurut Kadir
(2016:27-28) Frekuensi absolut pada Tabel 2.1 dapat dibentuk menjadi frekuensi
relatif dengan simbol frel atau f ( % ). Perhitungan frekuensi relatif
menggunakan rumus atau aturan sebagai
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 berikut
: Frekuensi relatif ( frel ) atau) f ( % )=
x 100 % .

𝑛
Dengan cara yang sama frekuensi relatif
kelas interval lainnya. Ringkasan hasil perhitungan frekuensi relatif disajikan
pada Tabel 2.2
No
|
Skor
|
Frekuensi Relatif (%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
48-54
55-61
62-68
69-75
76-82
83-89
|
2,67
8,00
13,33
21,33
20,00
28,00
|
7.
|
90-96
|
6,67
|
|
Jumlah
|
100
|
Penyajian data untuk pelaporan hasil
penelitian, dapat disajikan dalam tabel yang lebih sederhara sebagai
penggabungan dari tabel distribusi frekuensi absolut dan distribusi frekuensi
relatif beserta titik tengahnya.
No.
|
Skor
|
Titik Tengah
|
Frekuensi Absolut (f)
|
Frekuensi relative(%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
48-54
55-61
62-68
69-75
76-82
83-89
90-96
|
51
58
65
72
79
86
93
|
2
6
10
16
21
15
5
|
2,67
8,00
13,33
21,33
20,00
28,00
6,67
|
|
Jumlah
|
|
75
|
100
|
Dari
tabel distribusi frekuensi di atas,penentuan titik tengah kelas
(tanda kelas), misalnya kelas interval pertama ditentukan
dengan cara (48 +54) =51 Titik rengah
kelas interval kedua dapat ditentukan dengan menambah tengah titik tengah kelas
interval pertama dengan panjang kelas, yaitu 51 +7=58 ketiga 58 + 7=65, dan
seterusnya .
2.4.1.2 Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif
Menurut Kadir (2016:27-28) Tabel distribusi kumulatif dibuat dengan
menjumlahkan frekuensi pada setiap kelas interval. Frekuensi kumulatif
disimbolkan dengan fkum dapat dibedakarı menjadi dua, yaitu frekuensi kumulatif
"kurang dari" dan frekuensi kumulatif “sama atau lebih”. Berdasarkan
Tabel 2.1 dapat disusun Tabel Distributif Kumulatif sebagaimana disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi Kumulatif
Kurang dari
|
|
Skor
|
Fkum
|
Kurang dari 48
Kurang dari 55
Kurang dari 62
Kurang dari 69
Kurang dari 76
Kurang dari 83
Kurang dari 90 Kurang dari 97
|
0
2
8
18
34
55
70 75
|
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Kumulatif
Sama atau Lebih
|
|
Skor
|
FKum
|
48 atau lebih
55 atau lebih
62 atau lebih
69 atau lebih
76 atau lebih
83 atau lebih
90 atau lebih
97 atau lebih
|
75
73
67
57
41
20
5
0
|
Apabila dikehendaki
dapat dibuat tabel distribusi frekuensi kumulatif relatife. Frekuensi kumulatif
relatif disingkat fkum ( % ) pada dasarnya adalah distribusi frekuensi
kumulatif yang dibuat menjadi frekuensi relatif. Tabel menjadi distribusi
frekuensi kumulatif relatif "kurang dari" dan "sama atau lebih
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Kumulatif
Kurang dari
|
|
Skor
|
Fkum(%)
|
Kurang dari 48
Kurang dari 55
Kurang dari 62
|
0,00
2,67
10,67
|
Kurang dari 69
Kurang dari 76
Kurang dari 83
Kurang dari 90
Kurang dari 97
|
0,24
45,33
73,33
93,33
100,00
|
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Kumulatif
Sama atau Lebih
|
|
Skor
|
FKum(%)
|
48 atau lebih 55 atau lebih
62 atau lebih
69 atau lebih
76 atau lebih
83 atau lebih
90 atau lebih
97 atau lebih
|
100,00
97,33
89,33
0,76
54,67
26,67
7,67
0,00
|
2.4.1.3 Hal-hal Khusus pada Tabel Distrubusi
Frekuensi
Menurut Kadir (2016:27-28) Dalam menyajikan
data dengan distribusi frekeunsi kadang-kadang tidak bisa dihindari adanya
sebuah atau beberapa kelas interval yang kosong. Misalnya kasus pada Tabel 2.8
berikut ini.
No.
|
Skor
|
Frekuensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7
|
30-39
40-49 50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
|
20
0
12
20
14
10
4
|
|
Jumlah
|
80
|
Untuk mengatasi agar interval kosong seperti
pada tabel di atas, dapat dilakukan dengan mengabungkan kelas-kelas Interval.
Pada kasus di atas kelas interval pertama dapat digabungplan dengan kelas
interval kedua, yaitu (30-39) dan menjadi (30-49) atau kelas interval kedua
(40-49) dapat digabungkan dengan kelas interval ketiga (50-59) sehingga menjadi
(40-59). Dengan demikian, kelas interval baru yang terbentuk dari penggabungan
tersebut panjangnya berbeda dengan kelas-kelas interval lainnya. Hasil penyesuaian
panjang kelas disajikan pada Tabel 2.9 Tabel
2.10 berikut :
Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi panjang
kelas 30-39
|
|
Skor
|
F
|
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79 80-89
90-99
|
20
0
12
20
14
10
4
|
Jumlah
|
80
|
Tabel 2.10 Distribusi Frekuensi panjang
kelas 40-49
|
|
Skor
|
F
|
30-39
40-49
50-59
60-69 70-79
80-89
90-99
|
20
0
12
20 14
10
4
|
Jumlah
|
80
|
2.4.2 Grafik
2.4.2.1 Grafik dan Diagram
dalam Penyajian Data
Umumnya kita lebih cepat memahami penomena
secara visual darpada membaca data melalui tabel. Penyajian data dengan grafik
lebih menarik daripada penyajian data dengan tabel. Hal ini karena, penyajian
secara grafis memungkinkan menggambarkan keseluruhan sifat dari data secara
visual. Penyajian data dengan grafik atau diagram yang indah dan menarik,
disamping memudahkan dalam memahami penomena data juga dapat memotivasi pembaca
terhadap grafik tersebut (Kadir, 2016 : 30)
Grafik atau diagram seringkali digunakan
dalam iklan dengan maksud agar konsumen memperoleh kesan yang mendalam terhadap
ciri-ciri produk yang diiklankan. Kegiatan produksi lebih mudah dilihat dan
dipelajari secara visual bila dinyatakan dalam angka-angka dan digambarkan
secara grafis. Peta pengawasan kualitas merupakan alat yang penting dalam
melakukan pengawasan produk maupun pengawasan proses produksi. Grafik penjualan
suatu perusahaan memberi gambaran yang sederhana dan menarik mengenai
perkembangan hasil penjualan yang telah dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Pada hakekatnya grafik dan tabel seyogyanya digunakan secara
bersama-sama. Penyajian data dalam grafik lebih mudah dan menarik dibanding
penyajian dengan tabel. Selain itu, grafik dapat melukiskan suatu peristiwa
secara lebih mengesankan dan tidak membosankan. Namun demikian, penyajian
secara grafis hanyalah bersifat aprosimatif. Angka-angka yang pasti dan rinci
tentang suatu peristiwa dimuat dalam tabel. Oleh karena itu, analisis dan
interpretasi data umumnya dilakukan terhadap data yang terdapat dalam tabel
statistic (Anwar, 2014 : 221)
2.4.2.2 Histogram dan Poligon
Frekuensi
Menurut Anwar (2014 : 222) Histogram
adalah penyajian data kontinum dengan menggambarkannya dengan batang histogram.
Contohnya sebagai berikut:

Sedangkan poligon
adalah grafik untuk menggambarkan data dengan menghubungkan titik-titik tengah
batang histogram.
Menurut Saiman (2016 : 233) ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam membuat histogram, yaitu:
1) Terdapat
dua sumbu, yaitu sumbu mendatar dan sumbu tegak.
2) Skala
pada kedua sumbu tidak harus sama.
3) Sumbu
tegak memuat frekuensi masing-masing kelas interval.
Sumbu mendatar berisi setiap interval data dari tabel
distribusi frekuensi. Untuk setiap kelas interval, pada sumbu mendatar dibatasi
oleh tepi atas dan tepi bawah. Pada tepi atas dan tepi bawah ditarik garis ke
atas sampai menunjukkan bilangan yang sesuai dengan frekuensi pada sumbu tegak.
Selanjutnya kedua ujungnya dihubungkan, sehingga akan terbentuk sebuah batang
yang berupa persegi panjang.
4) Karena
garis tegak lurus ditarik dari tepi atas dan tepi bawah setiap interval, maka
diperoleh gambar persegi panjang- persegi panjang yang saling berimpit pada
salah satu sisinya.
5) Lebar
setiap batang harus sama antara satu dengan yang lain, termasuk warna atau
corak arsirannya.
6) Di
bagian atas setiap batang diberikan bilangan yang menunjukkan frekuensi.
2.4.2.3 Ogive
Husin explained other basic
things that are used to produce ogive is data. He used two types of data,
namely in the form of figures and words. He said the figure is the “number of
examples” and sample data in the form of the word is “an excuse”. He gave the
example of the Malaysian population by race, gender, and religion. To give an
example of data in numerical form, he formed a frequency table with two columns
containing a compilation of words and numbers. He labeled first column with the
word “goods” which contained the word car and motor. He labelled second column
with the words “number of producers” and a
collection
of numbers (Hashim and Pa, 2014 : 138).
Husin menjelaskan hal mendasar lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan ogive adalah data. Ia menggunakan dua jenis data, yaitu
dalam bentuk angka dan kata-kata. Dia mengatakan angka itu adalah "jumlah
contoh" dan data sampel dalam bentuk kata adalah "alasan". Dia
memberi contoh penduduk Malaysia berdasarkan ras, gender, dan agama. Untuk
memberikan contoh data dalam bentuk numerik, ia membentuk tabel frekuensi
dengan dua kolom yang berisi kompilasi kata dan angka. Dia melabeli kolom
pertama dengan kata "barang" yang berisi kata mobil dan motor. Dia
memberi label kolom kedua dengan kata-kata "jumlah produsen" dan
kumpulan angka (Hashim dan Pa, 2014 : 138).
Menurut Kadir (2106 : 30) ogive adalah grafik yang
melukiskan distribusi frekuensi kumulatif. Seperti halnya pada grafik
histogram, sumbu horisontal menunjukkan skor dan sumbu vertikal menunjukkan
frekuensi. Garis ogive menghubungkan tinggi atau frekuensi berrturut-turut dari
batas bawah kelas interval pertama sampai ke frekuensi batas bawah kelas
interval pertama sampai ke frekuensi batas bawah kelas terakhir.
According to Shayib (2013 : 17) there are two ways in which frequency
distributions can be modified to suit particular needs. One way is to convert a
distribution into a percentage distribution by dividing the frequency in each
class by the total number of observations, and express it as a percentage, see
column 4 in Table 2. This column has what we call the relative frequency
column. The other way of modifying a frequency distribution is presenting it as
a cumulative relative frequency distribution by adding the relative frequencies
as we go down the classes, and this will generate the Ogive line, see Figure
5C.

Menurut Shayib
(2013 : 17) ada dua cara di mana distribusi
frekuensi dapat dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Salah satunya
adalah dengan mengubah distribusi menjadi distribusi persentase dengan membagi
frekuensi di setiap kelas dengan jumlah total pengamatan, dan menyatakannya
sebagai persentase, lihat kolom 4 pada Tabel 2. Kolom ini memiliki apa yang
kita sebut kolom frekuensi relatif. Cara lain untuk memodifikasi distribusi
frekuensi adalah menyajikannya sebagai distribusi frekuensi relatif kumulatif
dengan menambahkan frekuensi relatif saat kita turun kelas, dan ini akan
menghasilkan garis Ogive, lihat Gambar 5C.

2.4.3 Pie Chart
Menurut Anwar (2014 : 222) grafik
lingkaran ini menarik, namun memiliki sisi kelemahan dalam hal tujuan untuk
perbandingan antara sektor-sektor yang terdapat dalam lingkarannya. Penyajian
berbagai data yang besarnya berbeda (ekstrim) dalam diagram yang sama,
merupakan suatu prosedur yang meragukan. Mengingat lingkaran terdiri dari 360
derajat, maka 3,6 derajat berarti menggambarkan persentase sebesar 1%.
Contohnya sebagai berikut.

Berbeda dengan data nominal, data kontinum tidak dapat
dipisahkan lepas satu sama lain secara ekslusif . data kontinum bersambungan
dalam sebuah skala yang bersifat kontinum. Data kontinum ini disajika dalam
bentuk histogram, polygon, dan kurva.
A pie chart, which is used to represent nominal data (in other words,
data classified in different categories), visually represents a distribution of
categories. It is generally the most appropriate format for representing
information grouped into a small number of categories. It is also used for data
that have no other way of being represented aside from a table (i.e. frequency
table) (Junyong
and Sangseok, 2017: 269).
Bagan pai, yang digunakan untuk
merepresentasikan data nominal (dalam lainnya kata-kata, data
diklasifikasikan dalam kategori berbeda), secara visual mewakili distribusi
kategori. Umumnya ini yang paling tepat format untuk mewakili informasi yang
dikelompokkan ke dalam sejumlah kecil kategori. Ini juga digunakan untuk data yang
tidak memiliki cara lain untuk diwakili selain dari tabel (yaitu tabel
frekuensi) (Junyong dan Sangseok, 2017: 269).
Qualitative data can be summarized by using a bar graph, a pie chart,
or a Pareto Chart. The classes here have no boundaries, and no limits. They are
the categories that data had been given in, or classified based upon. Frequency, relative
frequency, or cumulative relative frequency distributions can be done
on qualitative data (Shayib, 2013 : 25).
Data kualitatif dapat diringkas dengan
menggunakan grafik batang, diagram lingkaran, atau bagan Pareto. Kelas-kelas di
sini tidak memiliki batasan, dan tanpa batas. Mereka adalah kategori yang data
telah diberikan, atau diklasifikasikan berdasarkan frekuensi, frekuensi
relatif, atau distribusi frekuensi relatif kumulatif bisa dilakukan pada data
kualitatif (Shayib, 2013: 25).
2.5 Jenis Data
Dilihat dari segi wujud data, data yang
berasal dari subjek penelitian itu sendiri dapat berupa data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang
diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan. Data-data kuantitatif
inilah yang kemudian biasa diolah dengan teknik statistik. Data kualitatif, di
pihak lain, adalah data yang tidak berbentuk angka-angka yang biasanya berupa
data verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis.
Dari kerja pengumpulan data baik lewat
penjumlahan maupun pengukuran, akan diperoleh data-data kuantitatif. Dilihat
dari segi jenisnya, data kuantitatif tersebut dapat dibedakan dalam empat macam
data yang mempunyai data skala tertentu, yaitu:
1. Data Nominal
Data nominal adalah angka yang berfungsi
hanya sebagai pengganti nama atau sebutan suatu gejala. Skala ini disebut juga
skala klasifikasi atau kategori, maka disebut juga sebagai data skala
kategorial. Ini amerupakan data angka-angka yang dipergunakan untuk
mengklasifikasikan suatu benda, sifat, jenis, atau orang. Jadi, angka-angka itu
sekedar merupakan lambang pengategorian tentang sesuatu yang
dikategorikan.
Misalnya, berdasarkan jenis kelamin,
manusia yang dapat dibedakan menjadi pria dan wanita dapat diklasifikasikan
kedalam lambing-lambang angka, seperti pria = 1, dan wanita = 2, atau
sebaliknya.
2. Data Ordinal
Data ordinal adalah angka yang selain
berfungsi sebagai pengganti nama atau sebutan suatu gejala juga menunjukkan
bahwa masing-masing gejala mempunyai perbedaan intensitas dan atau
tinggi-rendah, namun satuan atau unit perbedaannya tidak ada atau tidak jelas,
tidak dapat djelaskan, tidak dapat ditandai, tidak diperhatikan, atau
diabaikan. Skala ini juga disebut sebagai skala peringkat. Ia adalah data yang
menunjukkan adanya kategori hubungan tingkatan. Hubungan yang biasa
dipergunakan adalah kategori-kategori lebih, misalnya lebih besar, lebih
tinggi, lebih lebih senang, lebih rajin, dan
sebagainya tergantung sifat hubungan yang dikategorikan.
Sebagai contoh misalnya, siswa peringkat
I >peringkat II >peringkat III >peringkat IV >, atau dapat juga ditulis: peringkat I/ peringkat II/
peringkat III/ peringkat IV; tingkatan dalam nilai misalnya terdiri dari
:sempurna/baik sekali/baik/sedang/kurang/buruk.
3. Data Interval
Data interval adalah data yang mempunya
ciri-ciri skala ordinal, namun jarak antara tiap bilangan itu diketahui.
Angka-angka pada skala interval bersifat linear dengan jarak yang pasti dan
perbedaan-perbedaan dalam skala itu berada dalam hubungan yang sepadan
(isomorfis). Dalam skala ordinal, jika jarak antara kategori peringkat baik,
sedang, dan kurang itu dilambangkan dengan angka 3, 2, dan 1, sebenarnya
perbedaan antara angka 3, 2, dan 1 itu tidak diketahui secara pasti. Sesuatu
yang tercakup dalam kategori baik, sebenarnya dapat berkategori baik sekali,
baik, dan agak baik, namun masih lebih kurang sedang.
Namun, jika angka 3, 2, dan 1 itu
merupakan angka yang berskala interval, rasio perbedaan atau jarak antara 3
dengan 2, dan 2 dengan 1, itu sama, yaitu sama-sama 1. Contoh lain misalnya,
jarak antara 50, 60, dan 70 itu sekaligus juga menunjukkan adanya skala ordinal
kurang dari (kalau dialik :lebih dari). Di pihak lain, kita juga dapat
mengatakan bahwa, misalnya jarak antara 65-74 tidak sama dengan jarak antara
72-86 tidak sama. Data yang berskala interval adalah data yang paling banyak
dipergunakan dan diperoleh dalam berbagai kegiatan pengukuran pendidikan.
4. Data Rasio
Data rasio adalah data yang mempunyai
ciri-ciri skala interval, namun mempunyai bilangan nol yang absolut
(sebenarnya) yang dipergunakan sebagai titik awal perhitungan. Misalnya, ukuran
yang berupa panjang (10m, 25m, tetapi dapat 0m), berat (10kg, 10pon, dapat 0kg
atau 0pon), dan kerasnya suara (sekiandesible). Hasil pengukuran yang
menghasilkan data yang berskala rasio merupakan bilangan yang sebenarnya. Jika
ukuran rasio dapat dicapai, semua penghitungan
statistik yang dipergunaan dalam data berskala interval dapat pula
dipergunakan untuk data berskala rasio.
There are two types of data used in
statistical research: qualitative data
and
quantitative data. Qualitative data are measurements that cannot be measured on
a natural numerical scale. The can only be classified into one or more groups
of categories. For instance, brands of shoes cannot be classified on a
numerical scale, we can only group them into aggregate categories such as Nike,
Adidas, or K-Swiss. Another example of a qualitative variable is an
individual’s gender. They are either male or female and there is no ordering or
measuring on a numerical scale. You are one or the other. Graphs are very
useful in studying qualitative data and the next chapter will introduce
graphical techniques that are
useful
in studying such data.
Quantitative data are measurements that can be recorded on a naturally
occurring scale. Thus, things like the time it takes to run a mile or the
amount in dolars that a salesman has earned this year are both examples of
quantitative variables (Darius, 2017 : 12).
Menurut Darius (2017: 12), ada dua jenis data yang digunakan dalam
penelitian statistik: data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
adalah pengukuran yang tidak dapat diukur pada skala numeric alami. Itu hanya
dapat diklasifikasikan kedalam satu atau lebih kelompok kategori. Misalnya,
merek sepatu tidak dapat diklasifikasikan dalam skala numerik, kami hanya dapat
mengelompokkan mereka kedalam kategori agregat seperti Nike, Adidas, atau
KSwiss. Contoh lain dari variable kualitatif adalah jenis kelamin individu.
Mereka laki-laki atau perempuan dan tidak ada pemesanan atau pengukuran pada
skala numerik. Anda satu atau yang lain. Grafik sangat berguna dalam
mempelajari data kualitatif dan bab berikutnya akan memperkenalkan teknik
grafis yang berguna dalam mempelajari data tersebut.
Data kuantitatif adalah pengukuran yang
dapat direkam pada skala yang terjadi secara alami. Dengan demikian, hal-hal
seperti waktu yang diperlukan untuk menjalankan satu mil atau jumlah dalam
dolars yang diperoleh seorang salesman tahun ini adalah contoh dari variable
kuantitatif.
2.6 Kajian Kritis
Dalam penelitian, sering digunakan
populasi dan sampel. Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah
menentukan populasi dan sampel. Populasi adalah segala sesuatu yang meliputi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek/subyek yang diterapkan
untuk dipelajari. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diambil dengan menggunakan caracara tertentu. Sampel dipilih dengan
hati-hati sehingga dengan melalui cara demikian peneliti akan dapat melihat
karakterisitik total populasi.
Teknik-teknik pengambilan sampel secara
umum terbagi menjadi dua teknik pengambilan sampel, Pertama adalah teknik
pengambilan sampel secara acak atau Random Sampling dan yang kedua adalah tidak
acak atau Non random Sampling. Random sampling merupakan cara pengambilan
sampel yang memberikan kesepatan yang sama untuk diambil pada setiap elemen
yang sama berarti tidak memandang siapa pun jenis sampelnya, sedangkan
Nonrandom merupkan teknik pengambilan sampel tidak acak artinya adalah setiap
elemen atau populasi tidak akan ada kemungkinan yang sama untuk di jadikan
sampel.
Dalam pembuatan
laporan penelitian, data termasuk yang harus dilaporkan. Agar dapat memberikan
gambaran yang bermakna, data-data itu haruslah disajikan ke dalam tampilan yang
sistematis. Ada sejumlah cara yang dapat dipilih untuk menampilkan data hasil
pengukuran dalam kerja penelitian. Penyajian data yang mana yang sebaiknya
dipilih tergantung jenis data, selera peneliti, dan tujuan penampilan data itu
sendiri. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk Tabel data dan grafik atau
diagram. Dimana salah satu bentuk penyajian data adalah bentuk tabel distribusi
frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan suatu cara penyajian data skor ke
dalam bentuk tabel. Skor-skor tersebut diurutkan dari yang tertinggi yang lebih
rendah, atau sebaliknya, dan kemudian dihitung frekuensi masing-masing skor
atau kelas interval skor-skor. Tabel distribusi itu sendiri terbagi atas 3
yaitu tabel distribusi kumulatif, relative dan hal-hal khusus pada tabel distrubusi
frekuensi
Agar memudahkan kita dalam
mengelompokkan atau menganalisis dapat
sebuah data, data dapat disajikan ke dalam bentuk tabel. Selain data-data angka
juga dapat disajikan ke dalam bentuk grafik dan diagram. Penyajian data ke
dalam grafik biasanya akan terlihat lebih menarik karena data-data itu dimuat
dalam bentuk visual (gambar). Pada makalah ini macam-macam grafik yang akan
dijelaskan yakni grafik histogram, poligon, dan ogive.
Pada grafik histogram atau yang juga
bisa disebut bar diagram, yakni grafik yang sering berbentuk segi empat. Dasar
dalam membuat grafik ini menggunakan titik tengah, seperti yang telah
dijelaskan dari sumber-sumber yang telah dipaparkan sebelumnya. Dari suatu data
yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan disajikan
dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Sedangkan pada grafik poligon atau
yang sering dikenal dengan poligon frekuensi juga sering digunakan dan
dipadukan dengan histogram. Karena grafik ini berbentuk garis patah-patah gabungan
dari nilai tengah setiap pada setiap puncak-puncak histogram minsalnya.
Pada grafik ogive yakni grafik garis
yang dibuat dari data pada tabel frekuensi distributif kumulatif. Ogive pun ada
yang naik dan turun yang didapat dari tabel kumulatif lebih dari dan kurang
dari. Jika poligon frekuensi kumulatif dihaluskan, diperoleh kurva yang disebut
kurva ogive.
Cara lain untuk menyajikan data agar
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, ialah dengan cara membuatnya dalam
bentuk diagram. Diagram dalam fungsinya seperti yang kita ketahui juga dapat
disamakan dengan sebuah gambaran serta uraian-uraian mengenai suatu data yang
ingin dianalisis. Penyajian data dalam bentuk diagram terdapat berbagai macam
seperti diagram batang, garis, lingkaran, lambang, dan kartogram. Pada makalah
ini akan dijelaskan mengenai digram lingkaran (pie chart)
Jika diihat dari
bentuk data, data dapat dibagi menjadi dua yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif berbentuk angka sementara data kualitatif
berbenttuk bukan angka karena untuk mendapatkan data kualitatif biasanya
didapat dari hasil wawancara dan bahan tertulis. Pada data kuantitatif, ini
dibagi menjadi empat bentuk, yaitu, data nominal, data ordinal, data interval,
dan data rasio. Dan keempat jenis ini berbeda bentuk untuk setiap jenisnya,
dimana data nominal berbentuk angka untuk pengkategoriannya, data ordinal
membedakan yang tinggi kerendah, data interval berbicara tentang jarak antar
data, dan data rasio mempunyai data angka nol untuk data perhitunganya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan dalam sebuah studi penelitian, sampel
adalah sekelompok individu, barang, atau kejadian untuk mewakili karakteristik
kelompok yang lebih besar dari sampel yang diambil. Menguji sampel, terutama
dalam studi kuantitatif, dapat memungkinkan peneliti untuk membuat kesimpulan
tentang kinerja kelompok yang lebih besar, yang dikenal sebagai populasi.
Proses pemilihan sampel dikenal sebagai sampling. Sampling adalah cara yang
digunakan untuk mengambil sampel dan biasanya mengikuti teknik atau jenis
sampling yang digunakan. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel
yaitu, sampel acak atau random
sampling/probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom sampling/nonprobability sampling.
Random sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk di ambil pad setiap
elemen populasi, Nonrandom sampling dan
nonprobability sampling adalah setiap
elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.
Dilihat dari segi
jenisnya, data kuantitatif tersebut dapat dibedakan dalam empat macam data yang
mempunyai data skala tertentu, yaitu data nominal, data ordinal, data interval
dan data rasio. Data nominal adalah
angka yang berfungsi hanya sebagai pengganti nama atau sebutan suatu gejala.
Data ordinal adalah angka yang selain berfungsi sebagai pengganti nama atau
sebutan suatu gejala juga menunjukkan bahwa masing-masing gejala mempunyai
perbedaan intensitas dan atau tinggi-rendah, namun satuan atau unit
perbedaannya tidak ada atau tidak jelas, tidak dapat djelaskan, tidak dapat
ditandai, tidak diperhatikan, atau diabaikan. Data interval adalah data yang
mempunya ciri-ciri skala ordinal, namun jarak antara tiap bilangan itu
diketahui. Data rasio adalah data yang mempunyai ciri-ciri skala interval,
namun mempunyai bilangan nol yang absolut (sebenarnya) yang dipergunakan
sebagai titik awal perhitungan.
Penyajian data yaitu
suatu pembuatan laporan data penelitan agar dapat memberikan gambaran suatu
penelitian dengan tampilan yang sistematis. Penyajian data dibagi atas dua
yaitu dalam bentuk tabel dan bentuk grafik atau diagram. Tabel data, yaitu
penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun menurut kategori
tertentu dalam suatu daftar. Dalam tabel, data disusun secara alfabetis,
geografis, menurut besarnya angka, historis atau menurut kelaskelas yang lazim.
Grafik data atau diagram data, yaitu penyajian data dalam bentuk gambar-gambar.
Grafik data sebenarnya merupakan penyajian data secara visual dari tabel.
Pada tabel data, ada
yang disebut dengan tabel distribusi frekuensi . Dimana tabel distribusi
frekuensi merupakan cara penyajian data berdasarkan dalam kelas-kelas interval
tertentu. Fungsi penyajian data dengan tabel distribusi frekuensi adalah untuk
memudahkan membaca atau mengkomunikasikan sekumpulan data lebih besar. Tabel
distribusi frekuensi dibagi atas 3 yaitu tabel distribusi frekuensi relative,
kumulatif dan frekuensi relative-kumulatif.
Pada hakekatnya grafik dan tabel
seyogyanya digunakan secara bersamasama. Penyajian data dalam grafik lebih
mudah dan menarik dibanding penyajian dengan tabel. Histogram adalah penyajian
data kontinum dengan menggambarkannya dengan batang histogram. Sedangkan poligon adalah grafik untuk
menggambarkan data dengan menghubungkan titik-titik tengah batang histogram. Ogive adalah grafik yang melukiskan distribusi frekuensi
kumulatif. n Pie chart digunakan untuk merepresentasikan data nominal
(dalam lainnya
katakata, data diklasifikasikan dalam kategori berbeda), secara
visual mewakili
distribusi kategori. Data kualitatif dapat diringkas dengan menggunakan
grafik batang, diagram lingkaran, atau bagan Pareto. Kelas-kelas di sini tidak
memiliki batasan, dan tanpa batas. Mereka adalah kategori yang data telah
diberikan, atau diklasifikasikan berdasarkan frekuensi, frekuensi relatif, atau
distribusi frekuensi relatif kumulatif bisa dilakukan pada data kualitatif
3.2 Saran
Adapun saran yang tim penulis sampaikan
adalah agar pembaca dapat menggunakan menyajikan data secara statistic dengan
baik dan benar dalam sebuah penilitian dengan mengetahui aspek-aspek tertentu
beserta fungsinya, dan akan lebih tepat jika mengikuti tahapan yang ilmiah dan
sesuai dengan ppenilitian yang sedang dilakukan. Data yang baik tentu saja
harus yang mutakhir, cocok (relevan), dengan masalah penelitian dari sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan, lengkap akurat, objektif dan konsisten.
Pengumpulan data sedapat mungkin di peroleh dari tangan pertama. Data yang baik
sangat di perlukan dalam penelitian, sebab bagaimanapun canggihnya suatu
analisis data jika tidak di tunjang oleh data yang baik, maka hasilnya kurang
dapat di pertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Herson. (2014). Penyajian Data
Penelitian dan Review melalui Teknik
Observasi. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(2)
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Creswell, JohnW.
(20120. Educational Research Planning,
Conducting and evaluating quantitative
dan qualitative research. Lincoln: University of
Nebraska
Darius Singpurwalla. 2017. An Overview of Statistical Methods.ISBN-978-87-
403-0542-5
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Gay, L.R. 2012. Educational Research Competencies for Analysis. Florida
International University
Hashim, Sharida dan Pa, Nik A.N.
(2014). Meaning of an Ogive by Students of Diploma in Accountancy in an
Institute of Higher Education. Open
Journal of Statistics, Vol.4
Jalil, Sartikah., dkk.( 2014).
Kepuasan Kerja Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Majene. Journal Analisis, 3(2) ISSN 2302-6340
Junyong,In and Sangseok, Lee.
Statistical Data Presentation. Korean
Journal of Anesthesiology, pISSN 2005-6419 eISSN 2005-7563
Kadir. 2016. Statistika Terapan : Konsep, Contoh, dan
Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta :
Rajawali
Maslihah, Sri. 2011. Studi Tentang Hubungan
Dukungan Sosial, Penyesuaian
Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik Siswa
Smpit Assyfa Boarding School Subang
Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip.10(2)
Nasution, Leni Masnidar.(2017). Statistika
Deskriptif. Jurnal Hikmah, 14(1) ISSN
1829-8419
Nurgiyanto, Burhan.dkk.2015.Statistik Terapan.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press
Saiman. 2016. Analisis Kesulitan Siswa
dalam Belajar Statistik Khususnya.
Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(2)
Shayib, Muhammed A.2013. Applied Statistics.ISBN
978-87-403-0493-0
Silaen, sofar dan
widiyono.2013. Metodologi penelitian
sosial untuk penulisan skripsi dan tesis. Jakarta : In Media
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
William, F Coleman.(2008). Population
Versus Sampling Statistics A Spreadsheet Exercise. Journal of Chemical Education, 85 (5)
Yusuf, Muri.2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Penelitian Gabungan Edisi Pertama. Jakarta : PT Fajar Interpratama
Mandiri
Langganan:
Postingan (Atom)